Sabtu, 02 Januari 2010

Infeksi larva Payudara resahkan banyak Facebooker cewek Desember 18

Email sesat : Infeksi larva Payudara resahkan banyak Facebooker cewek Desember 18, 2009
Diarsipkan di bawah: Ingin Berkata Sesuatu, Ingin Jadi Provokator — OTAKU @ 07:11
Tags: artikel, Berita, catatan kritis, humor, joke, sejarah

Permohonan :

Tulisan ini didedikasikan untuk para wanita. Penulis mohon bantuannya, sebaiknya anda sebarkan tulisan ini kepada teman-teman wanita anda untuk membacainya. Terutama di situs jejaring Facebook.

Ada segelintir oknum-oknum iseng yang mencoba menakuti para wanita. Dengan modus-modus mengirim email teror berupa cerita fiksi dan gambar buatan. Terus terang ini sangat meresahkan penulis , gara-gara praktik pembodohan ini banyak teman wanita penulis menjadi paranoid, lebay, ketakutan, jijik setengah mati, dan mual-mual gak karuan. Sialnya baru-baru ini di situs jejaring sosial facebook indonesia. Isu ini telah merebak bak teror, tanpa ada sedikit komentarpun yang mencoba meluruskan fakta di balik isu miring bin sinting ini.

.

Oleh karena itu sebagai salah seorang internetter-blogger yang kebetulan menerima informasi sesa(a)t itu (bisa dibaca sesat atau sesaat), penulis merasa bertanggung jawab atas ketidakdewasaan para oknum internetter iseng dari negara asing tersebut. Dan sialnya teror malah dilanjutkan oleh internetter-blogger negara kita sendiri, benazirblog salah satunya.

.

Tulisan ini didedikasikan untuk ikut juga meramaikan usaha para blogger yang telah memulai lebih dulu dalam meredakan isu teror tersebut, diantara salah satunya “marztreize”, yang melakukan pelurusan di Agustus 2008. Sedangkan penyebaran di “kaskus” pada bulan mei 2009, dan di Facebook juga baru-baru ini. Padahal sudah sejak juni 2003 orang iseng asing misterius itu menyebarkannya di dunia maya internet.

.

Karena tidak menutup kemungkinan “sebagian besar” tipikal pengguna Facebook. Mohon maaf sebelumnya (sambil masang tampang sok sangar), para facebooker yang lebih suka kemudahan dengan segala sesuatu yang berbau serba instan, masih awam, dan lugu dalam soal tipu-menipu media internet. Tentu saja, sangat wajarlah dengan begitu mudahnya menjadi korban empuk dari para penjahil ini (padahal penulis sendiri juga seorang FACEBOOKER, wakakak)

.

Berikut gambar yang telah menyebar di Facebook, yang memuat tulisan dan foto payudara tersebut. (Peringatan : penulis sengaja mengecilkannya seminimize mungkin. Sebagai bentuk antisipasi kesiapan diri para pembaca sekalian untuk memberanikan diri melihatnya sendiri, dengan cara : silahkan meng-klik pada gambar dibawah ini sendiri, kalo BERANI ?! )

.

.

Dari gambar diatas, setelah penulis melakukan serangkaian penyelidikan bersama dengan bantuan mbah Google. Penulis akhirnya mendapatkan kesimpulan dan fakta-fakta, dalam dua kategori yang mendebarkan. Penulis dengan berterus terang harus menuliskannya secara dramatis, yaitu kabar baik dan kabar buruk. Dengan sepihak, penulis putuskan untuk menulis Kabar baik terlebih dahulu, agar kabar buruk lebih terngiang dalam kepala saudara-saudara sekalian.

.

Kabar baik

.

Segala Puji syukur bagi Tuhan saudara saudari sekalian, hasil Analisisnya ternyata sangat begitu melegakan :

1. gambar diatas adalah PALSU, hasil “editan” dengan software photosop

2. Tulisannya adalah tulisan hasil terjemahan yang dilakukan para penjahil.

Gambar pertama muncul di Internet, uncaptioned, pada bulan Juni 2003.

Sebagai Snopes.com debunker, David Mikkelson telah menyelidiki, tampaknya sebagai hasil penggabungan unsur-unsur dari dua gambar, satu dari payudara wanita dan yang lain dari biji teratai pod.

Anda bisa melihat analisis lengkapnya di snope.com

.

.

Kabar Buruk

.

Tetapi mungkin ada baiknya juga bila para wanita melakukan pencegahan karena ternyata memang pernah ada kasus seperti ini pernah terjadi di Nigeria seperti yang diinformasikan oleh urbanlegends.about.com . Dan nama gejala penyakit itu adalah Myiasis payudara.

.

‘Myiasis payudara’ adalah suatu kondisi medis yang nyata

.

Infeksi larva payudara, meskipun sangat jarang terjadi, dapat benar-benar terjadi – di download dari situs Web sebuah jurnal medis dan dilampirkan ke email pada akhir 2005. Ini awalnya disertai sebuah artikel berjudul “Furuncular Myiasis dari payudara Disebabkan oleh Larva Tumbu Fly (Cordylobia Anthropophaga).” Kasus, yang terjadi di Nigeria, bukan Amerika Selatan, digambarkan sebagai berikut:

.

Kami melaporkan perempuan tua berkisar 70 tahun, yang di beri bra, setelah beberapa minggu mengalami infeksi gatal-gatal di payudara kanan. Dari infeksi itu menumbuhkan larva dari jenis C. anthropophaga . Empat belas larva yang diambil dari payudaranya telah berhasil menyembuhkan infeksinya dengan baik.

.

Perhatikan juga bahwa walaupun khusus dari Susan McKinley email tetap tidak berdasar, dari para penulis anonim yang tidak tahu satu atau dua hal tentang keadaan mempromosikan furuncular myiasis payudara. “Harap pastikan anda setrika dahulu pakaian anda sebelum Anda memakainya, pastikan juga sebelum memakainya pakaian anda benar-benar kering dan tidak lembab, karena penyebab utama infeksi yang dialami oleh salah satu perempuan nigeria diatas adalah kebiasaan warga afrika pedalaman. Dia tidak memakai setrika (walau ada listrik tapi masih bandel) dan mencuci bra-nya di sungai yang ke-higienisannya patut dipertanyakan”.

.

.

Akhir kata

.

Sebenarnya penulis mencoba mengajak para pembaca, untuk bertualang menelusuri sejarah. Mencicipi hikmah dari secuil contoh sederhana dengan “mempelajari sejarah dari mbah GOOGLE”. Tapi alangkah dahsyatnya, ternyata begitu sangat mengerikan, meneror saya dan anda secara tidak langsung. Membuat bulu kuduk saya merinding, hiii…

.

Seperti kata Bung Karno “JAS MERAH, JAngan Sekali-kali MElupakan sejaRAH sodara-sodaraku sekalian sebangsa dan setanah air”.

.

Penulis berharap, agar kita semua tidak pernah terlepas dari jejak sejarah. Karena sejarah adalah tempat kita berpijak. Walaupun dalam sejarah itu terdapat kabar buruk. Malah bukankah lebih baik lagi, bila sejarah menawarkan resah, hingga membuat kita lebih bersikap waspada, lebih cerdas, lebih berpikir, lebih ingin bertanya, lebih ingin mencari tahu, lebih ingin berilmu, lebih ingin belajar, dan lebih-lebih bersikap positif lainnya.

.

Daripada bengong, lebay, ketakutan berlebihan, buntu dalam menentukan arah, dengan tanpa ada upaya sedikitpun untuk melakukan pencerahan persepsi dan kedewasaan berpikir dan bersikap dalam menghadapinya, Bukan?

asal nama "INDONESIA"

PADA zaman purba, kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. "Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh Jawi (Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa)" kata seorang pedagang di Pasar Seng, Mekah.

Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia. Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang itu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang". Sedangkan tanah air kita memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).

Ketika tanah air kita terjajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa Latin insula berarti pulau). Tetapi rupanya nama Insulinde ini kurang populer. Bagi orang Bandung, Insulinde mungkin cuma dikenal sebagai nama toko buku yang pernah ada di Jalan Otista.

Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang kita kenal sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik Multatuli), memopulerkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.

Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Kita tentu pernah mendengar Sumpah Palapa dari Gajah Mada, "Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat). Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan dua samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.

Sampai hari ini istilah nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah tanah air kita dari Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi bangsa dan negara kita adalah Indonesia. Kini akan kita telusuri dari mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu ini muncul.

Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis: ... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians.

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan: Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat keempat terbesar di muka bumi!

Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.

Putra ibu pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

Makna Politis

Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan! Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, "Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."

Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita sebut Sumpah Pemuda.

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; DPR zaman Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama "Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak mentah-mentah.

Maka kehendak Allah pun berlaku. Dengan jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda" untuk selama-lamanya. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, lahirlah Republik Indonesia.

Catatan Harian Seorang Mantan Presiden (Membongkar Dokumen Soeharto)

Sudah lama aku menunggu kesempatan seperti ini.
Sudah lama aku mempelajari buku-buku filsafat politik tentang cara-cara memimpin negeri. Aku hafal betul tentang apa yang ditulis oleh Machiavelli tentang teori-teori kepemimpinan serta cara-cara mengambil-alih kekuasaan. Aku sudah paham tentang tokoh-tokoh dalam filsafat Jawa, khususnya mengenai trik-trik Raja Kresna untuk menyelesaikan berbagai persoalan di muka bumi. Ya, dialah satu-satunya ahli strategi para Pandawa yang paling jitu. Figur reinkarnasi dari Wisnu yang identik dengan kebijaksanaan sejati.
Bagaimanapun aku harus mengarungi dunia dan tradisi Jawa yang sudah berjalan selama berabad-abad. Dunia pewayangan Jawa yang sangat kaya, dan begitu melekat dalam pandangan hidup rakyat Nusantara, juga berpengaruh kuat dalam gerak-langkah hidup mereka.
Tentu tidak lupa aku mempelajari buku-buku dari Negeri Cina juga, khususnya mengenai soal-soal kepemimpinan. Ada sebuah buku menarik berjudul “Ping Fa” yang dikarang oleh Sun Tzu sejak 510 BC. Buku itu diterjemahkan dalam bahasa Prancis oleh Joseph Amiot sejak 1782 M, kemudian diinggriskan dengan judul “Principles of War”. Selama berminggu-minggu aku merenungi isi yang terkandung di dalamnya, hingga sampailah pada kesimpulan bahwa buku itu harus menjadi guru suciku, dan tidak boleh ada orang lain yang ikut membacanya.
Buku itu aku peroleh dari seorang petinggi militer, pada tahun-tahun ketika aku mengadakan studi kemiliteran di Seskoad (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat). Sudah diterjemahkan pula ke dalam bahasa Indonesia , entah oleh siapa. Namun bagaimanapun buku itu akan kujadikan pegangan hidupku, dan sampai sekarang pun akan tetap menjadi rahasia dalam hidupku.

2
_____________

Dulu waktu pangkat militerku masih rendah, bersama teman-teman tentara dan kerabatku, sering kami selundupkan barang-barang milik perusahaan Negara, bahkan memanipulasi dump kendaraan bermotor milik Divisi Diponegoro di Jawa Tengah. Kami pun sudah terbiasa mengadakan pungutan-pungutan liar untuk barang-barang kebutuhan rakyat. Namun semua itu tidak berjalan mulus. Suatu ketika kami terpergok dan tertangkap basah. Kemudian oleh seorang jenderal diusulkan kepada Presiden Soekarno bahwa aku mesti dipecat dari dunia kemiliteran. Seketika itu aku manfaatkan Jenderal TNI Gatot Soebroto – bapak angkatnya Bob Hasan – agar menghadap Soekarno secara langsung, supaya dia memberi maaf dan mengampuni segala perbuatan kami. Saat itu Soekarno pun mengusulkan agar kami dididik dan disekolahkan saja, karena menurutnya, “Tingkat budaya dan peradaban angkatan perang kita masih rendah, karena itu kita semua harus bertanggungjawab untuk mendidiknya dengan baik,” begitulah kata Soekarno, meskipun aku tidak paham apa yang diomongkannya itu.
Segeralah Pak Gatot Soebroto mengontak Soewarto, seorang komandan Seskoad sekaligus agen aktif CIA, yang kemudian berhasil menatar dan membekaliku dalam suatu kursus regular sebagai staf komando angkatan darat.
Mulai sejak itulah karir militerku cukup lancar dan terarah, meski semuanya tak terlepas dari gagasan dan kebijakan Soekarno sendiri selaku Presiden RI . Oleh karena itu aku berusaha merahasiakan periode ini dalam sejarah hidupku kelak. Aku tidak akan menyebut-nyebut soal jasa-jasa Soekarno. Dia memang bukan sembarang orang dalam sejarah berdirinya republik yang besar dan kaya-raya ini.

3
_____________

Peristiwa 30 September 1965 berkobar.
Keributan dan huru-hara di Jakarta membuat aku merasa tenang dan puas, seakan-akan masadepan sudah bersinar dalam hatiku. Separah apapun kerusakan dan kerugian, bahkan sebanyak apapun korban yang ditimbulkan, aku berusaha bersikap diam dan tak ambil peduli.
Biar sajalah kekacauan itu terjadi. Tiapkali ada krisis kepercayaan pada pemerintah, biasanya kekerasan dan kekacauan timbul di mana-mana. Kalau perlu pembunuhan dan pembantaian sekalipun.
Waktu itu pangkatku sudah Mayor Jenderal, dan posisiku sudah menjabat sebagai Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad). Sampai kapanpun aku tetap akan merahasiakan, bahwa karena jiwa pemaaf dan kearifan Soekarno-lah yang membuatku berhasil dalam meniti karir setinggi itu di dunia kemiliteran.

4
_____________

Sekali lagi, biar sajalah kerusuhan dan huru-hara itu terjadi.
Yang penting, sebelum tanggal 30 September 1965 posisiku harus berada di rumah sakit. Kini sudah kubawa seorang anakku ke rumah sakit, karena kakinya kesiram sayur sop. Aku akan menemaninya di rumah sakit, meskipun bisa diwakili oleh istriku atau anak sulungku, tetapi akulah yang harus menunggunya di sana .
Soalnya, sebelum kejadian itu telah datang seorang Komandan Brigif bernama Latif ke rumahku, untuk melaporkan adanya “Dewan Jenderal” serta rencana sekelompok perwira untuk mencegah percobaan kup oleh para jenderal, serta rencana untuk merebut kepemimpinan Soekarno.
Pelapor itu aku catat sebagai orang berbahaya, dan kelak akan kuasingkan di suatu tempat tersembunyi, serta tidak akan kubiarkan dia bicara di depan publik sampai kapanpun.
Orang bernama Latif itu sebetulnya tentara kepercayaanku sejak dulu. Waktu kehidupan keluarga kami masih sulit, dialah yang carikan beras untuk kami, juga dia yang carikan uang tambahan untuk keperluan keluarga kami.
Tapi bagaimanapun tetap aku catat sebagai orang berbahaya, supaya jangan membongkar persoalan-persoalan penting di masa lalu.
Dalam pledoinya di pengadilan Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub) orang ini memberi pernyataan tegas:
“Kenapa harus saya yang berdiri di sini, Pak Hakim? Kenapa bukan Soeharto? Padahal dia sudah tahu akan adanya Gerakan di pagi hari.”
Orang brengsek ini memang telah dua kali melapor sebelum peristiwa itu meletus. Pada malam 30 September dia menghadap lagi ke rumah sakit, katanya akan dilancarkan Gerakan pada pagi hari, guna mencegah terjadinya kudeta yang akan dilakukan oleh Dewan Jenderal.
Laporan itu tidak kutanggapi dan aku diam saja. Walaupun aku paham, mestinya tugas pengamanan ada di tanganku. Ya, sebagai Panglima Kostrad sekaligus orang kedua di Angkatan Darat, pada malam itu mestinya kuberitahu semuanya agar bersiap-siaga untuk pengamanan, karena pagi harinya akan ada Gerakan.
Tapi apapun yang akan terjadi, biar sajalah. Toh sejak dulu aku jarang diperhitungkan di Angkatan Darat. Kalau ada rapat-rapat petinggi militer, sepertinya mereka tidak pernah mengundangku. Boleh jadi mereka berpendapat bahwa aku ini bukan siapa-siapa, dan tidak mengerti apa-apa.
Dan sekarang, buktikan, siapa di antara kami yang menjadi orang nomor satu di negeri ini. Cara apapun harus ditempuh, dan aku akan memperjuangkannya sesuai pendirian dan keyakinanku.
Pada tanggal 1 Oktober 1965, sekitar jam 06.00 pagi aku akan mengenakan seragam tempur, untuk menunjukkan pada orang-orang bahwa aku sudah menghadap Presiden. Kalau Jenderal Ahmad Yani sudah mati, bukankah aku – sebagai orang kedua – yang mestinya memberi laporan pada Presiden Soekarno?
Tapi aku hanya berpura-pura di hadapan mereka semua… aku tidak perlu bertanggungjawab… apapun yang terjadi, biar sajalah….

5
_____________

Sekarang impian dan ambisiku sudah tercapai. Aku adalah Presiden kedua Republik Indonesia . Jalan apapun harus ditempuh. Aku manfaatkan segala pengetahuan dan pengalaman hidupku. Aku tidak akan menyia-nyiakan semuanya itu.
Kini Presiden Soekarno sudah jatuh. Menyusul pembantu-pembantu dan para pendukungnya harus dijatuhkan pula. (Lebih baik kupergunakan istilah “diganti” daripada “dijatuhkan”). Jadi, aku mengganti kepemimpinan Soekarno sekan-akan akulah yang dipercayakan menduduki tampuknya. Kini mereka semua harus “diamankan” (aku sengaja tidak memakai istilah “ditangkap”). Ya, mereka adalah the founding fathers, para perintis dan pendiri republik yang berupaya keras untuk berkorban memerdekakan bangsa ini. Dan siapa pula yang tidak mengenal Soekarno, satu-satunya pahlawan yang sanggup mempersatukan wilayah Nusantara, menciptakan persatuan di antara banyak suku, agama dan ideologi. Dia berhasil merumuskan dasar negara serta diproklamasikannya Republik Indonesia . Daya pukaunya dalam berpidato, telah sanggup membuat rakyat bergerak penuh semangat, bahkan rela berkorban dan mati demi kemerdekaannya.
Tentang itu semua, sejarah kita belum mencatatnya secara utuh dan bulat. Para sejarawan masih takut. Karena itu istilah “revolusi” kelak akan kami batasi sebagai perang kemerdekaan. Adapun lahirnya Pancasila, kelak kami rahasiakan pada angkatan muda.
Kini sejarah baru harus diciptakan. Aku kerahkan para penulis dan budayawan yang memihakku, serta kuberikan sarana dan fasilitas agar mereka menulis tentang seluk-beluk sejarah Indonesia . Kemudian kusensor karya-karya mereka secara ketat, agar terjadi keseragaman pandangan bahwa sejarah bangsa dan negeri ini identik dengan peristiwa 30 September 1965, yang di kemudian hari kuberi nama G30S/PKI.
Maka apapun yang terjadi sebelum itu, sebesar apapun, tak perlu dikategorikan sebagai sejarah Indonesia .

6
_____________

Belakangan muncul beberapa penulis dan budayawan yang menaruh perhatian khusus pada pledoi dan kesaksian Latif di pengadilan Mahmillub. Kemudian muncul pula sebuah penerbit buku independen yang menamakan diri “Hasta Mitra”, dan dimotori oleh Joesoef Isak, Pramoedya Ananta Toer dan Hasjim Rachman.
Segeralah kukerahkan para penulis dari kalangan sejarawan, budayawan dan seniman agar mereka kompak mendukung pernyataanku tentang seluk-beluk peristiwa 30 September 1965 itu. Telah kubentuk tim khusus untuk menciptakan sejarah baru tentang peristiwa itu; telah kukumpulkan sekelompok masyarakat untuk membikin kesaksian palsu; telah kubentuk tim dokter khusus untuk menyampaikan pembuktian yang dimanipulasi; juga telah kubangun tugu besar dan museum khusus untuk menciptakan kenangan dan ketakutan rakyat; bahkan aku namai museum itu dengan sebutan “Museum Lubang Buaya”.
Aku ciptakan kreasi itu dengan detil-detil cerita fiktif yang menakutkan. Dan beginilah kisah kejadian itu:
“Pada pagi hari suatu Gerakan dari Partai Komunis Indonesia telah membantai dan membunuh jenderal-jenderal yang merupakan tulang-punggung bagi berjalannya revolusi negeri ini. Jenderal-jenderal itu telah diinterogasi dan dilukai sekujur tubuhnya. Kemaluannya dipotongi, dibiarkan mereka merintih bergelimpangan. Sedangkan para wanita yang tergabung dalam Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) berlenggak-lenggok mengelilingi para korban, sambil mengadakan tarian-tarian cabul.”
Yang jelas, aku harus membuat kreasi ini sebagus mungkin, agar seluruh masyarakat merinding ketakutan. Bahkan kuciptakan kreasi khusus, bersama bukti-bukti palsu bahwa Soekarno telah terlibat aktif dalam peristiwa tragis itu. Aku jadikan peristiwa itu patokan untuk memancing rasa kebencian. Untuk mengungkap gambaran-gambaran sang musuh sebagai penitisan kebejatan, sebagai lambang penderitaan manusia Indonesia sejak 1965 sampai kapanpun di masa yang akan datang.
Ya, sudah kupelajari teknik-teknik seperti ini dari buku-buku tentang angkatan perang. Suatu teknik yang terbilang ampuh, dan sepanjang sejarah banyak dimanfaatkan angkatan perang di seluruh dunia. Dan kini, begitu banyak sarana teknologi untuk memberitakan kabar, sebagai pengungkap lambang dan simbol-simbol, yang kelak dapat membuat bulu kuduk siapapun akan merinding ketakutan.

7
_____________

Bicara tentang angakatan muda dan mahasiswa, yang kelak disebut sebagai “Angkatan 66”, mereka punya andil tersendiri yang dapat kumanfaatkan bantuannya pada peristiwa 30 September 1965 itu.
Ya, dari merekalah gerakan dimulai, dari mulut merekalah sumpah-serapah dilontarkan, di kampus-kampus, di lapangan hingga sampai ke jalan-jalan raya. Dari fasilitas militer juga disediakan truk-truk hingga panser untuk mengangkuti mereka agar berteriak-teriak menentang Soekarno. Spanduk-spanduk, yel-yel bertebaran di mana-mana. Belum lagi bantuan dana dari CIA, ditambah lagi bantuan jaket-jaket kuning agar dikenakan oleh para demonstran.
Lantas kukerahkan utusan khusus untuk memaksa orang-orang Telkom agar memutus aliran telpon pada saluran-saluran yang telah kutentukan.
Bersamaan dengan itu Mayjen Pranoto Reksosamodra telah ditunjuk oleh Presiden Soekarno selaku Care-Taker MENPANGAD. Aku harus mengupayakan agar dia tak bisa dihubungi, kalau perlu mencegahnya agar tidak datang memenuhi panggilan Presiden di Halim.
Sebelum itu, pada tanggal 1 Oktober 1965 sekitar jam 06.30 pagi, telah kuutus Brigjen dr. Amino agar memberitahu Pranoto perihal penculikan Letjen Ahmad Yani beserta jenderal-jenderal lainnya. Pranoto kontan berangkat menuju Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) serta mengadakan rapat darurat. Setelah ditampung hasil laporan dari sumber-sumber yang telah diatur sedemikian rupa, maka rapat MBAD menyimpulkan begini:
“Letjen Ahmad Yani beserta lima jenderal lainnya telah diculik oleh sepasukan penculik yang belum dikenal. Dengan ini rapat memutuskan bahwa Mayor Jenderal Soeharto, panglima Kostrad, agar mengambil-alih pimpinan Angkatan Darat yang sedang fakum.”
Pagi itu melalui kurir khusus, keputusan rapat segera disampaikan kepadaku, yang waktu itu sudah menunggu di Makostrad.
Dan sewaktu muncul siaran RRI tentang penunjukan Pranoto sebagai Care-Taker, maka berturut-turut utusan Presiden memanggilnya agar segera menghadap ke Halim. Para utusan itu ialah Letkol Infantri Ali Ebram, Brigjen Sutardio, Brigjen Sunario dan Kolonel Bambang Wijanarko.
Tapi apapun yang mereka lakukan, kini Pranoto sudah masuk jebakan dalam hubungan komando-taktis di bawah kewenanganku. Dia tidak akan bisa menghadap Presiden tanpa mendapat izin dan restu dariku. Dan sewaktu dia meminta izin, jelas aku larang mentah-mentah dengan suatu ancaman:
“Kalau kau memaksakan diri menghadap Presiden, kami tidak bertanggungjawab akan kemungkinan adanya korban lagi….”

8
_____________

Tibalah waktunya pada tanggal 14 Oktober 1965, setelah melalui macam-macam proses kejadian, ketika secara resmi aku telah menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), maka segeralah dibentuk susunan staf-staf baru, dan kini Pranoto hanya kami tempatkan sebagai perwira tinggi yang diperbantukan pada KSAD.
Kemudian pada tanggal 16 Februari 1966 kuperintahkan pasukan khusus untuk menahan Pranoto dengan tuduhan: terlibat dalam G30S/PKI. Pada tahun itu kuperintahkan agar ia segera dikenakan tahanan rumah, hingga kemudian dipindahkan ke Inrehab Nirbaya pada tahun 1969, juga dengan tuduhan yang sama. Dan untuk memperketat pengucilan dirinya sebaiknya ia dikenakan skorsing sebagai anggota angkatan darat, dengan tidak diberi gaji skorsing, juga tidak perlu diberi tunjangan apapun.
Lantas memasuki tahun 1981 ketika posisiku sebagai Presiden semakin diakui masyarakat, dan setelah keberhasilanku menciptakan mitos Bapak Pembangunan, maka kuperintahkan Panglima Kopkamtib untuk membuat surat pembebasan resmi. Hingga terhitung sejak tanggal 16 Februari 1981 Pranoto kubiarkan bebas dari tahanan, yang berarti bahwa selama 15 tahun ia mendekam dalam tahanan, tanpa pemberhentian dan pemecatan resmi dari keanggotaan Angkatan Darat. Juga tanpa pemeriksaan melalui proses dan pembuatan berita acara resmi.
Kini kubiarkan ia bebas dan – kalau perlu – silakan berbaur dengan masyarakat luas. Lagipula siapa yang akan mengakui keberadaan dia, dan siapa pula yang akan mendengarkan omongannya. Kini kepercayaan publik telah terpusat kepadaku sebagai Bapak Pembangunan, terutama jasa-jasaku dalam membangun negeri bersama dengan segala keamanan dan ketertiban nasional.
Orang-orang semacam dia tidak perlu direhabilitasi, serta tidak usah diberi uang pensiun sampai kapanpun. Dan pada suatu hari aku pun menerima laporan bahwa ia telah wafat di suatu rumah kumuh di wilayah Kramatjati, Jakarta .
Pranoto adalah satu dari sekian banyak pembantu dan pendukung Soekarno, yang kubiarkan mengalami nasib hidup seperti itu. Sekarang buktikan, siapa yang menang dan berjaya di antara kita….

9
_____________

Sudah lama di kalangan masyarakat terjadi polemik yang dapat kusimpulkan menjadi dua golongan, yakni mereka yang berpendapat bahwa revolusi sudah selesai, sedangkan yang lain mengatakan bahwa revolusi belum selesai.
Soekarno pernah menegaskan bahwa revolusi Indonesia harus melingkupi segala bidang sosial-politik, budaya dan ekonomi sekaligus. Bahwa revolusi kemerdekaan 1945 hanyalah jembatan emas, dan kita harus memperjuangkan kemerdekaan dalam arti yang sebenar-sebenarnya.
Entahlah, apa lagi yang diomongkan oleh Soekarno. Aku tidak paham.
Sekarang aku hanya membagi menjadi dua kekuatan saja, yakni siapa-siapa yang berpihak dan mendukung pemerintahanku, sedangkan yang lain dapat digolongkan sebagai kelompok yang membahayakan, dan karenanya harus disingkirkan.
Dari kalangan seniman sudah jelas siapa mendukung siapa. Siapa kubu bagi siapa. Maka segeralah dikerahkan kesatuan-kesatuan tentara guna membakar rumah-rumah tokoh seniman yang membangkang. Dan kami tinggal menunggu kabar-berita dari para utusan, apakah tugasnya berhasil, tanpa peduli berapa korban yang ditimbulkan dari aksi-aksi pembakaran rumah itu. Lagipula, mereka toh akan mengira bahwa tindakan itu akibat dari ulah-ulah lawan polemik mereka sendiri sesama seniman.
Ada seorang seniman yang – karena keberaniannya – membuat kami kesulitan untuk menangkapnya, hingga sesudah berkali-kali utusan dikerahkan, selalu saja membawa laporan yang sangat menjengkelkan. Maka kubuatkan saja skenario khusus untuk proses penangkapannya.
Seniman satu itu pernah menulis novel tentang taktik perang gerilya sejak masa kemerdekaan. Dari catatan sejarah dapat dilihat bahwa ia pernah malang-melintang di dunia revolusi, bahkan pejuang keras dalam menyelesaikan persoalan sejarah sastra Indonesia . Pada awal revolusi 1945 dipimpinnya sebuah majalah yang kemudian dinyatakan terlarang oleh pemerintah pendudukan Belanda. Dia aktif menyebarkan selebaran-selebaran gelap untuk usaha-usaha revolusioner, yang membuatnya pernah tertangkap dan dikucilkan di Pulau Edam pada tahun 1949.
Waktu penangkapannya, militer Belanda menyita empat novel karyanya mengenai peristiwa-peristiwa pada awal-awal revolusi 1945.
Ya, tentulah dia adalah orang yang patut diperhitungkan dengan serius. Yang jelas, dari beberapa tulisannya dapat dipahami bahwa dia adalah pendukung setia dari kebijakan-kebijakan politik Soekarno.
Dan untuk menghadapi seorang ahli perang gerilya, tentulah dibutuhkan siasat-siasat khusus untuk dapat meringkusnya…

10
_____________

Setelah berhasil ditangkap, aku mengutus seorang mayor dan dua letnan untuk menginterogasi seniman itu. Aku tinggal menerima laporan dari mereka, dengan menyediakan sebuah tape recorder dari hasil rekaman selama interogasi itu:
Ditanyakan oleh seorang letnan, bagaimana pendapatnya tentang Gerakan Untung, kemudian seniman itu menjawab:
“Aku tidak tahu apa-apa tentang Gerakan itu…”
“Apakah Anda membenarkan Gerakan itu?”
Seniman itu diam, kemudian jawabnya:
“Kalau dapat kesempatan mempelajari peristiwa Gerakan 30 September, mungkin dalam beberapa tahun akan bisa saya jawab.”
“Anda percaya negara Indonesia ini akan menjadi negara komunis?”
“Mungkin tidak.”
“Kenapa?”
“Karena faktor geografi dan konservatifitas rakyat kita.”
Rupanya memang sulit untuk mencari-cari kesalahan dari pernyataan-pernyataan seniman itu. Namun karena dia termasuk pendukung setia dari pemikiran-pemikiran Soekarno, aku berkesimpulan bahwa orang ini akan membawa masalah di kemudian hari. Aku tetap menggolongkan dia sebagai orang berbahaya yang harus dijadikan korban.
Dan bukankah Raja Kresna dalam filsafat Jawa tidak mengkhawatirkan berapapun jumlah korban, demi kelancaran pembangunan dan stabilitas negeri…?

11
_____________

Untuk menangani para pembantu dan pendukung Soekarno rupanya tidak bisa seperti membalikkan telapak tangan. Aku harus mengerahkan ahli-ahli strategi dari kalangan militer, serta harus diperbantukan oleh pihak intelijen internasional seperti CIA. Dukungan dan bantuan Amerika memang sangat menggiurkan bagi kepentingan Angkatan Darat Indonesia, yang sejak tahun 1955 telah terang-terangan menampakkan kecurigaanya pada Soekarno, terlebih-lebih ketika ia diakui sebagai pemimpin besar Asia-Afrika.
Maka segeralah di bulan-bulan awal tahun 1966, harus dikerahkan aksi-aksi profokasi untuk membuat keributan dan kekacauan di sekitar ibukota Jakarta, untuk menunjukkan bahwa pemerintahan Soekarno sudah tidak berdaya lagi untuk mengatasi aksi-aksi kerusuhan itu. Selain itu, aku akan mengusahakan agar Soekarno membuatkan surat-resmi yang berisi “pelimpahan kekuasaan”, dengan ancaman bahwa aku tidak mau bertanggungjawab mengenai korban-korban, sekiranya kekuasaan negeri tidak dilimpahkan kepadaku.
Saat itu di Istana Merdeka akan dilangsungkan Sidang Kabinet untuk membahas persoalan “tiga tuntutan rakyat” (tritura), maka dikerahkanlah sekelompok pasukan tentara berpakaian preman untuk membikin keributan di sekitar Istana Merdeka, serta untuk mengacaukan berlangsungnya Sidang Kabinet yang akan segera dilangsungkan. Kemudian ketika sidang dialihkan ke Istana Bogor, kuciptakan aksi-aksi teror hingga acara pun gagal lagi untuk ke sekian kalinya.
Sementara itu di Jakarta sedang hiruk-pikuk oleh kerusuhan dan bentrokan keras antara mahasiswa dan aparat, maka korban-korban pun berjatuhan di sana-sini, antara lain dua korban yang kami tampilkan untuk menunjukkan ke publik bahwa pemerintahan Soekarno telah layak disebut sebagai “diktator”. Dua korban itu adalah Arif Rahman Hakim dan Zainal Sakse, yang kelak akan kuberi gelar “Pahlawan Ampera” atau Amanat Penderitaan Rakyat, yang di kemudian hari berhasil memuluskan harapanku untuk membentuk Kabinet Pertama Orde Baru, dengan sebutan “Kabinet Ampera”.

12
_____________

Pada tanggal 11 Maret 1966 tiga orang Jenderal bawahanku telah kuutus untuk membawa surat pada Presiden Soekarno, yang isinya telah diatur sedemikian rupa, bahwa aku, Soeharto, tidak akan bertanggungjawab mengenai keamanan negeri, seandainya tidak diberikan kekuasaan penuh untuk menumpas G30S/PKI di seluruh Indonesia.
Aku mintakan tiga Jenderal itu agar mendesak Presiden, supaya ia bersedia membuatkan surat perintah khusus kepadaku, yang kelak surat itu disebut sebagai Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret), meskipun redaksinya telah kurubah dari perintah pengamanan Jakarta, menjadi “pelimpahan kekuasaan kepada Jenderal Soeharto”. Seketika itu kami umumkan mengenai surat itu, dan kami nyatakan pada masyarakat bahwa surat itu adalah mukjizat dari Tuhan yang dianugerahkan kepada rakyat dan bangsa Indonesia .
Sebagai gebrakan awal, meskipun dengan cara-cara teror dan kekerasan, kami pun berhasil membubarkan Partai Komunis di seluruh Indonesia . Dalam beberapa hari, limabelas menteri pendukung Soekarno berhasil kami tangkap. Aku berpura-pura tidak tahu ketika Soekarno menyatakan kaget mendengar gebrakanku ini. Kabarnya dia bertanya-tanya, kenapa Soeharto melakukan tindakan-tindakan yang tidak dikonsultasikan lebih dahulu? Maka dalam hati aku menjawab, mengapa harus dikonsultasikan? Ini adalah politik, dan politik adalah siasat, dan siasat yang jitu harus diraih dengan sekuat-mungkin tanpa perlu konsultasi dari pihak manapun.
Kemudian langkah-langkah selanjutnya, sebaiknya dipercepat sajalah…
Pada tanggal 25 Juli 1966 harus diadakan Sidang Umum IV MPRS. Kabinet pemerintahan Soekarno (Dwikora) yang 15 menterinya telah ditahan, segara kami bubarkan. Sebagai gantinya kami bentuk kabinet baru AMPERA (Amanat Penderitaan Rakyat), yang tentunya akulah yang harus tampil sebagai Ketua Presidiumnya. Dan puncaknya segeralah diselenggarakan Sidang Istimewa MPRS dari tanggal 7 hingga 12 Maret 1967 yang membuat aku diangkat menjadi Pejabat Presiden, dan kontan disambut hangat oleh Jenderal Besar A.H. Nasution, yang kemudian menandatangani Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967.
Sejak saat itu, dicabutlah semua kekuasaan pemerintahan dari tangan Presiden Soekarno. Lantas diperintahkan agar dia dilarang keras melakukan kegiatan politik. Dan jalan terbaik sebaiknya dijebloskan sajalah ke dalam tahanan, menyusul para pembantu dan pendukung-pendukungnya di seluruh tanah air.
Kini sejarah tentang mereka akan kami gelapkan. Pemahaman angkatan muda tentang mereka, akan kami alihkan. Keluarga-keluarga dan anak-cucu mereka, biarlah mengais-ngais rezeki berkalang tanah. Semua jasa-jasa dan jejak-langkah perjuangan mereka, akan kubuat kabur dan suram.
Biar sajalah angkatan muda tidak mengenal sejarah bangsanya sendiri.
Ya, semuanya itu bermula dari Supersemar. Bukankah itu suatu siasat jitu untuk menciptakan iklim perebutan kekuasaan berdasarkan cara-cara konstitusional…?

13
_____________

Kini kekuatan dari kalangan pers tengah dipersiapkan. Pers-pers pendukung Soekarno, serta pers-pers berhaluan kiri sudah dibredel semuanya. Para wartawannya sudah kami tahan. Kami mengutus beberapa tentara untuk menculik seniman nasional Trubus, Japoq Lampong serta pengarang lagu Genjer-genjer, namun kemudian para penculik mengabarkan adanya “kecelakaan” di tengah jalan. Aku memaklumi mereka, dan aku paham apa yang mereka maksudkan.
Pada suatu hari aku juga menerima berita dari Solo tentang tertangkapnya seorang tokoh dari Partai Komunis. Secepat kilat aku harus mengatur strategi agar dia jangan sampai diperiksa, atau memberi pernyataan apapun di muka pengadilan.
Mula-mula Kolonel Yasir dan pasukannya kuperintahkan melakukan penggrebekan di wilayah perkampungan Sambeng. Tokoh partai itu rupanya bersembunyi di rumah seorang pensiunan pegawai bea-cukai, yang kabarnya hidup bersama seorang cucunya yang masih gadis remaja.
Ketika gadis itu diancam mau digagahi beramai-ramai, maka kakek tua itu terpaksa memberitahu tempat persembunyian sang tokoh partai, yakni di belakang lemari yang tersekat tembok dinding. Seketika itu aku mengontak Kolonel Yasir agar segera menghabisi orang itu di tengah jalan, sebelum tiba di ibukota Jakarta . Setelah itu kami pun mengatur siasat untuk penggelapan mayatnya, agar orang-orang tidak dapat menemukan di mana rimbanya.
Di kemudian hari, persoalan ini memang dipertanyakan oleh sejarawan-sejarawan angkatan muda yang berani mengungkap teka-teki ini: “Mengapa seorang tokoh penting yang menjabat Sekjen PKI serta menjabat resmi selaku Menko, telah dibunuh begitu saja, tanpa proses pengadilan?”
Pernyataan ini senada dengan para penulis sejarah yang berani menggugat: “Mengapa Soekarno yang sudah siap diperiksa untuk menyampaikan yang sejujurnya perihal seluk-beluk G30S, lantas dikenakan tahanan rumah hingga wafatnya?”
Untuk menangani persoalan pertama, aku mengarang jawaban seperti ini: “Dikarenakan tokoh partai itu melawan dan hendak melarikan diri, terpaksa kami tembak di tengah jalan.”
Kemudian untuk menangani persoalan kedua, aku sudah mengatur jawaban seperti ini: “Dikarenakan Soekarno adalah bapak bangsa, maka kita harus mengamankan beliau. Tidak boleh ia dibawa ke pengadilan, karena kita harus menghormatinya, mikul duwur, mendem jero.”
Dua jawaban itu kukira sudah cukup menjadi alasan kuat untuk mengibuli para sejarawan, budayawan atau kalangan pers di negeri ini.

14
_____________

Ada seorang cendikiawan muslim dalam suatu wawancara di suratkabar, mengutip sebuah ayat Al-Quran yang berbunyi: “Barangsiapa memulai kezaliman maka ia akan berada dalam pertentangan yang tak berkesudahan.”
Aku tidak paham apa yang diomongkan si cendikiawan itu.
Pada kesempatan lain dia mengutip dua buah ayat Al-Quran: “Barangsiapa membunuh manusia bukan karena kejahatannya maka ia telah membunuh seluruh manusia, barangsiapa memelihara hidup seorang manusia maka ia telah menghidupkan seluruh manusia. Mereka yang beriman, dan tidak mengaburkan imannya dengan kejahatan, mereka itulah yang memperoleh kedamaian dan bimbingan yang benar.”
Bahkan pernah pada suatu acara dialog di televisi, tokoh satu itu mengupas dua buah hadits Nabi yang berbunyi: “Seorang mukmin senantiasa mendapat kelonggaran dari agamanya selama ia tidak melakukan pembunuhan tanpa hak. Dan jika seorang penguasa mati dalam keadaan masih menipu rakyatnya, maka Tuhan akan mengharamkan sorga baginya….”
Aku tidak mengerti apa maksudnya mengutip-ngutip ayat dan hadits semacam itu. Tapi dalam komentarnya tentang sosial-politik, tokoh satu itu kelihatan gegabah dan sembarangan.
Dikiranya siapa dia. Punya kekuatan apa.
Dari sindiran-sindirannya sering diungkap mengenai keluargaku atau keluarga cendana, bahkan disinggungnya perihal bisnis anak-cucu serta kerabat-kerabatku dengan gaya bahasanya yang mengandung teka-teki. Dikiranya aku tidak paham sama sekali, ke mana arah pembicaraannya itu.
Mau apa dia. Apa mau menggulingkan dan mengambil-alih kepemimpinan yang susah-payah sudah kuraih mati-matian.
Akhirnya tokoh satu ini pun patut diperhitungkan kelak demi berjalannya stabilitas dan keamanan negara.

15
_____________

Pembangunan sarana dan infrastruktur sebaiknya dipacu secepat-mungkin. Kucetuskan istilah “Ideologi Pembangunan” agar merasuki pikiran masyarakat. Investor-investor datang membanjiri negeriku. Bantuan-bantuan ekonomi kami manfaatkan untuk pembangunan gedung-gedung megah di sana-sini. Kekayaan alam kami keruk dan jalur-jalur perekonomian dibentangkan, dan keuntungannya dimanfaatkan. Pengusaha-pengusaha asing kami undang demi kelestarian dan jaminan keamanan kapitalnya.
Tentulah tawaran jutaan dollar yang dipromotori IMF sebagai modal pembangunan sungguh menggiurkan. World Bank, IGGI dan sekian lembaga internasional menawarkan program-programnya. Dan tanpa perlu pikir panjang, kami sambut semuanya dengan senang hati.
Seorang pakar ekonomi Profesor Kurt Biedenkopf pernah menyatakan: “Ternyata bangsa-bangsa kaya hanya dapat bertahan dengan melakukan ekspansi untuk mengorbankan bangsa-bangsa yang lemah.”
Pernyataan macam itu searah dengan pidato-pidato Soekarno selama Konferensi Asia-Afrika di Bandung. Meskipun aku tidak banyak menyimak apa yang diomongkan mereka-mereka itu. Aku tak ambil pusing.
Biar sajalah tatanan ekonomi berjalan. Segalanya mungkin bagi manusia dan boleh dikerjakan oleh siapapun. Karena itu para anak-cucu dan kerabat terdekatku kupercayakan untuk menangani bisnis-bisnis penting berskala besar. Segala sarana dan fasilitas buat mereka segera kupermudah. Maka kebutuhan pun segera diproduksi, agar produsen memproduksi pemenuhan kebutuhan yang terus-menerus disiasati. Tidak usah dipikirkan mana kebutuhan yang sebenarnya, dan mana yang harus direkayasa sedemikian rupa. Sampai produksi menjadi tuan dari kebutuhan dan dari manusia. Produksi mengabdi pada manusia ataupun manusia mengabdi demi produksi.
Untuk kelancaran semuanya mau tidak mau harus diperjelas siapa yang harus dibantu dan dilindungi, dan siapa-siapa yang pantas untuk dikorbankan.
Campur-tangan pemerintah sangat diperlukan untuk menegakkan Ideologi Pembangunan yang sudah kucetuskan. Sistem ekonomi koperasi yang digagas oleh Mohammad Hatta sengaja kami abaikan. Soalnya dia termasuk dari sekian banyak pembantu Soekarno yang paling dekat.
Segala sistem aparatur sampai wilayah agama sekalipun harus ditangani dan dikendalikan oleh negara. Para tokoh agama, budayawan hingga cendikiawan harus ditundukkan untuk mengabdi pada kebijakan dan ketetapan pemerintah, karena yang boleh berlaku hanyalah ideologi dan tafsiran negara. Maka kami putuskan untuk membentuk tim propaganda khusus bersama departemen penerangan, untuk menyeragamkan segala informasi pada seluruh lapisan masyarakat, hingga kalangan ulama dan kiai-kiai pesantren di seluruh pelosok negeri.

16
_____________

Ada lagi seorang tokoh publik dari kalangan penyanyi yang menjadi idola kaum muda selama beberapa dasawarsa. Kini dia semakin berani mengungkap beberapa peristiwa sengit yang sengaja sudah dirahasiakan. Namun dengan lantang dia membongkar tentang peristiwa Malari, Tanjung Priok, Timor-Timur hingga Aceh. Belum lagi masalah konflik Kedungombo, Nipah dan banyak lagi yang lainnya. Bahkan pada kesempatan lain dia pernah menyindir-nyindir soal korban-korban Orde Baru, pembangunan semu, kekayaan anak-cucu presiden dan para elite politik Indonesia . Kontan saja kalangan pers selalu mengikuti gerak-gerik dan jejak-langkahnya.
Karena itu, penyanyi satu ini harus menjadi perhitungan tersendiri, dan aku harus merancang siasat khusus untuk dapat melumpuhkannya.
Kini aku makin tekun merumuskan tentang siapa-siapa yang layak menduduki pemerintahan daerah, dari tingkat pusat hingga bawah, bahkan rektor-rektor universitas pun harus ditentukan oleh kekuatan Orde Baru. Sistem untuk menyaring dan memilih mereka sederhana saja, yakni seberapa jauh pemahamannya tentang peristiwa 30 September 1965, serta seberapa besar kewibawaannya di tengah masyarakat. Kalau sudah memenuhi kriteria, maka gulingkan saja mereka yang sudah duduk memimpin, atau sebaiknya digeser secara halus dan pasti, supaya masyarakat maklum bahwa cara-cara konstitusional telah ditempuh oleh si calon pemimpin baru itu.
Untuk menangani wilayah-wilayah tertentu yang sulit diatasi, seperti Timor-Timur, Aceh dan lain-lain, maka operasi militer besar-besaran akan kami kerahkan. Beberapa petinggi-militer kupercayakan untuk menjadi komandan penuh, khususnya mereka yang pernah kuutus mengikuti program Terrorism in Low Intensity Conflict, yakni suatu pelatihan training bagaimana membuat aksi-aksi profokasi dan teror, yang diselenggarakan oleh Pentagon melalui program kerjasama militer IMET.

17
_____________

Rupanya makin lama makin memerlukan penanganan serius. Aku mencoba menenangkan masyarakat, seakan-akan keadaan aman dan tidak terjadi apa-apa.
Tiga majalah dan tabloid dibredel sekaligus, agar tak ada lagi yang mencoba menghasut dan memprofokasi masyarakat, serta agar menjadi pelajaran berharga bagi yang lainnya.
Namun reaksi yang terjadi malah sebaliknya. Seketika itu muncul gelombang protes untuk membela majalah dan para wartawan yang bertugas. Dan setelah kami terbitkan majalah baru sebagai tandingannya, rupanya gelombang protes semakin marak dan meluas di mana-mana. Mereka menyerukan pembelaan terhadap Muchtar Pakpahan, Sri Bintang Pamungkas, Udin Syafrudin, Xanana Gusmao, Budiman Sujatmiko, Wiji Thukul dan banyak lagi yang lainnya.
Belum lagi penghargaan Hak Asasi Manusia kepada pahlawan buruh yang bernama Marsinah. Bahkan penganugerahan Nobel Perdamaian kepada politikus Ramos Horta dan rohaniwan Ximenes Belo untuk perjuangan Timor-Timur. Ditambah lagi kasus-kasus baru karena maraknya teknologi komunikasi dan media informasi: di Indonesia bagian timur diberitakan tentang ratusan ribu korban rakyat Timor-Timur, di bagian barat dikabarkan ribuan korban rakyat Aceh. Belum lagi Ambon, Maluku, Poso, Lampung, Makassar dan seterusnya.
Mau tidak mau semuanya harus ditangani secara serius. Mau tidak mau harus terjadi bentrokan di sana-sini. Mau tidak mau harus ada korban-korban baru yang menjadi tumbal, agar dijadikan pelajaran berharga bagi yang lainnya.
Ya, mengapa tidak. Bukankah stabilitas nasional dan roda-roda pembangunan harus berjalan terus.
Kini aku pun tinggal memantau dan menerima hasil laporannya:
Kematian wartawan bertambah lagi; bentrokan mahasiswa dan aparat semakin menelan banyak korban; para aktifis LSM sudah diamankan; para penulis buku tentang Soekarno sudah ditangkapi; ratusan orang telah diciduk dan dikurung secara rahasia; puluhan orang yang tertembak di lapangan sengaja dirahasiakan jejak-jejaknya, dan banyak lagi yang lainnya.

18
_____________

Namun angkatan muda negeri ini semakin berani dan berani saja. Ada apa ini. Dari mana asal muasalnya, dan watak siapa yang mereka warisi.
Ada lagi laporan mengenai ulah seorang sastrawan yang baru dibebaskan dari Pulau Buru, tiba-tiba dia menulis buku yang berjudul “Arus Balik”. Coba bayangkan, judulnya saja Arus Balik. Ada apa ini? Ada soal apa di negeri ini?
Sebelum itu pun sudah diluncurkan oleh Penerbit Hasta Mitra, sebuah buku yang berjudul, “Nyanyi Sunyi Seorang Bisu”, menyusul sebuah buku lagi: “Era Baru Pemimpin Baru: Badio Menolak Rekayasa Rezim Orde Baru”.
Tak berapa lama mulai bermunculan penerbit-penerbit independen yang mengikuti jejak Hasta Mitra, lantas menerbitkan buku-buku yang berjudul seperti ini: “Kehormatan bagi Yang Berhak”, “Bayang-bayang PKI”, kemudian seorang etnis Cina berani-beraninya meluncurkan otobiografinya dengan judul: “Memoar Oei Tjoe Tat: Pembantu Presiden Soekarno”.
Tentu saja aku harus membuat gebrakan untuk melarang semua buku-buku semacam itu….

19
_____________

Tapi makin lama keadaan makin parah saja. Gelombang demonstrasi makin marak di mana-mana. Negeri ini seperti dikepung oleh gurita raksasa yang membuat aku merinding ketakutan. Bantuan-bantuan ekonomi dicabut dari negara-negara asing. Timor-Timur menuntut kemerdekaan mutlak. Aceh dan Irian Jaya ikut-ikutan bergolak. Sedangkan di Jakarta sendiri, kerusuhan terjadi di mana-mana. Gedung-gedung megah terbakar, pusat-pusat pertokoan dijarahi massa , bahkan dalam satu hari dikabarkan telah terjadi pemerkosaan massal yang mengorbankan 150 lebih para wanita dari etnis Cina.
Ada apa ini? Ada soal apa di negeri ini?
Para investor dan pengusaha asing pada kabur ke negerinya masing-masing. Mereka menuntut kejelasan tatanan ekonomi serta penyelenggaraan hak asasi manusia yang baik di Indonesia .
Ada apa ini? Ada soal apa di negeri ini?
Bukankah lebih dari 30 tahun aku memimpin negeri ini, dan selama itu tak pernah kuhadapi hal-hal aneh yang mengherankan macam ini? Aku tidak paham… aku tidak ngerti semua kejadian ini… ampun, aku sudah tidak sanggup lagi….
Namun tiba-tiba mereka yang ikut-serta mendirikan pemerintahan Orde Baru pada hengkang dan berlarian ke sana kemari. Mereka telah berpaling dari komitmen semula… mereka saling berpencar dan kocar-kacir tak keruan….
Lantas siapa yang akan menanggung semuanya ini… di mana kawan-kawan dan mitra-mitra bisnisku… di mana tanggungjawab mereka… kenapa mereka diam saja… kenapa mereka tak ambil peduli… apakah aku harus segera melarikan anak-cucu dan semua kerabatku ke luar negeri….

20
_____________

Bagaimanapun aku harus berusaha bersikap tenang. Akan kurancang siasat jitu untuk mundur dari kursi pemerintahan. Akan kurekayasa bahasa yang tepat untuk dapat menenangkan masyarakat. Sebab ada seorang seniman memakai istilah “terjengkang dari kursi kekuasaan”. Aku harus memasyarakatkan istilah Jawa, yakni “lengser keprabon” (yang berarti mundur secara baik-baik).
Aku harus manfaatkan siasat-siasat lamaku, serta mengatur situasi dan kondisi untuk menyelesaikan kepemimpinanku secara sah dan konstitusional. Bukankah cara-cara semacam ini pernah dipercayai masyarakat, hingga berhasil mengangkatku menjadi orang nomor satu di negeri ini?
Akan kuciptakan suasana seakan-akan aku dengan sukarela meletakkan jabatan serta memberikan mandat kepada Wakil Presiden. Aku yakin masyarakat tidak banyak komentar. Mereka tidak mengerti apakah cara-cara ini legal atau tidak, karena aku telah berhasil mengelabui mereka agar tidak paham dan buta politik. Aku yakin bahwa mereka akan tetap menghormatiku dan tunduk kepadaku. Juga akan kusebarkan berita dan informasi di seluruh jaringan televisi dan radio, bahwa saat ini aku tidak memiliki kekayaan sesen pun yang tersimpan di bank. Kini sudah kuatur siasat jitu bersama anak-cucu dan kerabatku, agar aku jangan sampai dipersalahkan di muka pengadilan, supaya segala kekayaan yang tersimpan di bank-bank luar negeri menjadi aman dan terlindungi. Aku akan manfaatkan semuanya itu untuk keperluan anak-cucu dan keturunanku, dan jangan sampai jatuh di tangan negara.
Sampai kapanpun akan kurancang siasat ampuh, seperti yang sudah-sudah, agar masyarakat tetap bisa dibodohi dan dininabobokan.

21
_____________

Terhitung mulai tanggal 21 Mei 1998 aku lengser kepabon atau mundur secara baik-baik. Secara konstitusional murni aku menyerahkan mandat kepada wakilku, seorang teknolog lugu dari kalangan sipil yang selama ini terang-terangan menganggapku sebagai “guru”. Akan kubiarkan dia memimpin negeri ini dengan segala kepolosan dan keluguannya.
Dan seperti dugaanku, hari-hari pemerintahannya kemudian dihiasi dengan keributan dan kekerasan brutal yang memuncak di sana-sini. Para pembantu dan bekas-bekas pendukungku, bahkan kesatuan militer hingga organisasi agama, yang dulu memanfaatkan sarana-fasilitas dari Orde Baru, yang dulu kami berikan bantuan moril dan materil, kini semakin adu otot, saling tuding dan saling menyalahkan.
Sudah kuduga sebelumnya, mereka kemudian menjadi petualang-petualang politik di tiap-tiap kota dan propinsi, berebut kursi dan kekuasaan, menjadi raja-raja kecil, seakan-akan akulah yang menjadi guru dan teladan bagi mereka semua. Sementara itu, para koruptor kakap yang selama ini menjadi kaki-tanganku, dengan lihainya menyembunyikan diri untuk mundur selangkah, serta membiarkan hutang negara menumpuk, hingga menimbulkan krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang mengakibatkan kerusuhan dan keributan terus merebak di seluruh penjuru negeri.
Biar sajalah semuanya itu terjadi. Toh aku sudah menjadi masyarakat biasa, dan aku tak perlu tanggungjawab mengenai semua huru-hara dan kekacauan di negeri ini. Aku perintahkan seorang anakku untuk merawatku dengan baik-baik, seakan-akan aku menderita sakit permanen, atau – kalau perlu – pura-pura sakit jiwa, agar aku terselamatkan dari tuntutan pengadilan.

22
_____________

Partai-partai baru berdiri di sana-sini. Kekacauan semakin merebak di mana-mana. Angkatan muda menuntut agar aku beserta keluarga dan kroni-kroniku segera diadili atas pelanggaran HAM selama 32 tahun, juga tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Mahkamah agung – sesuai lobi dan rancanganku – hanya memusatkan perhatian pada soal KKN, dan masyarakat pun sepertinya maklum.
Sebelum itu, tentu saja sudah kuatur siasat dan strategi untuk menggelapkan, memalsukan serta memindah-tangankan semua nomor-nomor rekening atas namaku – baik di dalam dan luar negeri – hingga pembuktian materil tidak lengkap, dan karenanya tuntutan hukum bisa dimentahkan. Dan ketika saatnya diadakan pemeriksaan, orang-orang kejaksaan rupanya cukup lihai untuk menghimpun pertanyaan yang membuatku bisa berkelit ke sana kemari, hingga suasana tetap mengambang dan menemui jalan buntu.
Ketika angkatan muda semakin berduyun-duyun memadati halaman kejaksaan agung, pemeriksaan pun dipindahkan ke tempat lain, tanpa sepengetahuan publik. Seketika itu para mahasiswa dan pemuda nampaknya sudah tidak bisa dikelabui lagi. Ada apa ini? Watak dan keberanian siapa yang mereka warisi? Perjuangan mereka sepertinya tanpa pamrih, dan atas dasar kemauan dan semangat mereka sendiri.
Padahal pemuda angkatan ‘66 masih bisa diperalat dan dikelabui untuk menjatuhkan Soekarno, dengan berbagai sarana dan fasilitas yang disediakan buat mereka.
Tapi kali ini, coba bayangkan, mereka secara serentak meneriakkan yel-yel dan spanduk-spanduk bertuliskan:

Bersihkan Kabinet dari Orang-orang Orde Baru
Soeharto Dalang Semua Bencana
Hentikan Penjajahan Gaya Orde Baru
Rombak Badan Yudikatif Indonesia
Bersihkan Aparat-aparat Hukum yang Tersangkut dengan Orde Baru
Bung Karno dan Pendukungnya Harus Direhabilitasi

Pada aksi-aksi demonstrasi di kampus-kampus dan jalanan, nampak pula spanduk-spanduk berbunyi:

Usut Tuntas Surat Perintah Sebelas Maret
Bubarkan 3 Partai Bentukan Orde Baru
Jadikan Museum Lubang Buaya Sebagai Museum Rekayasa Orde Baru
Tindak Tegas Para Perampok Hutan
Perkuat Sistem Pertahanan Maritim Kita
Revolusi Belum Selesai
Kembalilah pada Bung Karno dan Semangat ‘45

23
_____________

Kini aku tidak mau lagi mengikuti berita-berita yang terjadi di negeri ini. Aku harus mengisi masa-masa tuaku dengan istirahat penuh di rumah, meskipun aku masih kuat untuk berziarah ke makam istriku di Solo, atau menengok anakku di Nusakambangan. Entah karena kesalahan apa dia bisa mendekam di sana (tak seorang pun memberitahu aku).
Sekarang aku tidak peduli bagaimana nasib anak-anakku di kemudian hari, bahkan nasib bangsa ini pun, aku tak mau ambil pusing. Ya, aku hanya senang mengikuti acara-acara televisi yang menyiarkan perjudian dan kuis-kuis, seperti Who Want to be a Millioners, baik dari dalam dan luar negeri. Selain itu, aku tidak peduli dan tidak mau ambil pusing perihal demonstrasi, spanduk-spanduk dan yel-yel yang bertebaran di sana-sini. Biar sajalah pemuda dan mahasiswa itu berteriak-teriak menggugat kami, toh mereka tidak paham tentang dunia hukum dan pengadilan Indonesia yang masih bisa disetting untuk bersikeras membelaku beserta kerabat dan saudara terdekatku.
Kini aku sudah mempersiapkan pengacara-pengacara handal dan termahal di negeri ini, sambil kupancing daya tarik mereka agar bersimpati kepadaku. Mereka sudah kukerahkan untuk serentak tampil di depan publik, agar menyampaikan kesan-kesan baik tentang aku dan keluargaku. Aku berusaha bersikap sopan dan lembut di hadapan mereka, supaya mereka makin gigih dalam pembelaanya terhadap kami.
Sampai kapanpun aku berusaha – dengan cara apapun – agar masyarakat Indonesia tetap menjadi bangsa-bangsa budak dan kuli, yang mudah diperalat dan dikelabui oleh segala-macam alasan dan perkataanku….

***

(Ditulis untuk menggugat buku “Sukarno File” karya Antonie CA Dake, dari hasil penelitian penulis selama 9 tahun, sekaligus sebagai korban langsung dari kejahatan rejim Soeharto dan Orde Baru).

Orang-orang NU di dalam Arus Peristiwa 1965-66......

Kisah politisi radikal [15]

Haji Ahmad[16] lahir tahun 1919. Jabatannya pada masa peristiwa 1965-66 terjadi sebagai KetuaTanfidziyah PCNU. Bapaknya bernama Raden Bagus, dari trah MataramJogjakarta sampai Kiai Mojo, kerabat dekat Pangeran Diponegoro. Bapaknyaberpindah-pindah pesantren dan pernah nyantri di Lirboyo Kediri, teruske timur hingga tinggal di Blambangan.

Haji Ahmad mengaku bahwa didikanayahnya sangatlah keras. Pernah Haji Ahmad dimasukkan ke Sekolah Rakyat. Tetapitidak lama, diusir oleh gurunya. Akibatnya, tiap malam Jum’at Haji Ahmad harushafal dziba’ di luar kepala. Kisahnya, di Sekolah Rakyat gurunya bernamaRomo Sastro. Non muslim. Orangnya pandai tetapi ngingu anjing yangselalu ikut ke sekolah. Haji Ahmad kebetulan murid yang tidak rewel, pendiemhingga duduk di bangku depan. Jum’at itu, kenang Haji Ahmad, merasa mengantukdan tidak tahu, tiba-tiba anjing Romo Sastro, entah bagaimana, berjalan kearahnya. Karena takut, anjing itu dilempar, tetapi lemparan itu justru mengenaiRomo Sastro hingga terjatuh. Haji Ahmad lari ke luar dan tidak pernah kembalisekolah lagi, dan hanya belajar dengan ayahnya di madrasah.

Haji Ahmad ingin mondok diPesantren Tebuireng di Jombang. Tetapi ayahnya hanya janji-janji. Haji Ahmadjengkel. Kalung emas keponakannya yang kecil dicuri untuk digadaikan, dan minggat menuju pak dhe-nya di Jember yang justru mendukungnya untukmeneruskan perjalanan mondok ke Tebuireng. Sendirian di Tebuireng, Haji Ahmadtinggal dengan Mohamad Sholeh, anak orang kaya. Haji Ahmad ikut meladeninyamenyucikan baju dan masak. Waktu itu, Haji Ahmad berumur 14-an tahun di saatpengasuh pesantren Tebuireng adalah Hadlratusysyaikh Hasyim Asy’ari.

Karena aturan belajar yang keras danhati yang telah goncang karena tidak betah di Tebuireng, Haji Ahmad pindah keSolo mengikuti tamu Hadlratusysyekh, pemuda lulusan Mesir yang sowan dan bermalam di kamar Haji Ahmad. Pemuda itu mendirikan madrasah alarabiyyah al islamiyyah di Solo. Tahun kira-kira 1932, Haji Ahmad pindah keSolo ke madrasahnya sang ustadz di Solo, sambil mengaji di pesantren KeprabonWetan, dengan Romo Kiai Masyhud. Satu tahun berjalan sampai akhirnya ada anakBanyuwangi yang mondok di sana. Melaluinya, Haji Ahmad hanya nitip, jika pulangtemuilah kepala KUA di sana, itu bapakku, Kiai Bagus namanya, sampaikan salam.Sejak itu pula Haji Ahmad berhubungan kembali dengan bapaknya, dikirimi koper,bantal, tikar dan uang tiap bulan 5 rupiah. Sejak pulang dari Solo keBlambangan kira-kira tahun 1936, Haji Ahmad menjadi anggota Ansor dan kemudianterpilih menjadi ketua Ansor Cabang Blambangan, dan dalam konferensi Cabangterpilih menjadi ketua Cabang NU Blambangan.

Pada tahun 1962-63 hubungan NUBlambangan dan NU Banyuwangi memburuk. Konflik berpuncak pada tahun 1964 karenaorang-orang NU Banyuwangi mendukung calon Bupati Banyuwangi yang diajukan olehPKI, yang bernama Suharso Hanafi, SH, kepala Kejaksaan Banyuwangi.[17] Bagi NU Blambangan, karena di dalam AD/ART NU ada ketentuan bahwa jikalau didalam satu kabupaten ada dua cabang, maka politik keluar atau sikap keluarnyaharus satu. Menurut Haji Ahmad, pada waktu itu, NU Banyuwangi telah terkena gelembok orang-orang politik lain.

Sewaktu pemilihan bupati, PKIpengaruhnya besar sekali. Juga karena masih di bawah Bung Karno, akan diangkatbupati calon dari PKI. NU Cabang Banyuwangi setuju. Tidak jelas pertimbangannyaapa[18],tetapi yang menurut Haji Ahmad positif bahwa Haji Ahmad tidak terdorong padaitu, dan masih ingat bahwa PKI itu musuh Islam. PKI itu tidak mengakui adanyaTuhan. PKI itu berpendirian bahwa agama itu opium masyarakat, candu.Lalu Haji Ahmad menuduh NU Banyuwangi melanggar reglement NU, dangeger-geger dimulai. Masyarakat Banyuwangi seluruhnya terpengaruh, dan ikutpernyataan Pimpinan NU Cabang Blambangan. NU kelompok Haji Ahmad akhirnyamencalonkan Joko Supa’at Slamet, Dandim 825, untuk menjadi calon BupatiBanyuwangi, tetapi kalah di dalam pemilihan karena ada dua suara DPD NU yangmembelot mendukung Suharso Hanafi, SH.

Kekalahan di dalam pencalonan bupatiberubah menjadi demontrasi massa. “Tetapi PKI memang hebat, komentarHaji Ahmad. Haji Ahmad dipanggil oleh Pengurus Besar NU, sebab mengadakandemonstrasi. “Barangkali itu awwalu demontrasi di Indonesia.Masyaallah besarnya, kata Haji Ahmad, “hingga tidak dapat melantikbupati terpilih yang dari PKI. Mejanya disileti oleh anak-anak yang demo.Haji Ahmad mengaku juga main mata dengan komandan korem, hingga ABRI tidak adayang bertindak. Hanya pesen jangan merusak, sudah, tidak ada satu tempatpun yang bisa diduduki karena telah diduduki anak-anak yang demo. Gubernur jugatidak dapat ke bupati, dan akhirnya mencari Haji Ahmad yang bersembunyi. HajiAhmad dipanggil, untungnya ada aturan. Bung Karno memang pemimpin yang baik,berkirim surat ke PBNU, “tolong itu dipanggil anak buah sampaean pengurus NUBanyuwangi, Ahmad-Ahmad namanya.

Haji Ahmad dipanggil PBNU dan menghadap Pak KiaiDahlan, di Jl. Jawa nomor 11.

“Lan, saya ini dipanggil kenapa?, tanyaHaji Ahmad.

“Saudara ini lo, kok saya tidak ngerti, dimana-mana ngaco. Di Bawean sampean ngaco, di Surabaya ngaco, sekarang diBanyuwangi ngaco.

“Lo yang saya kaco apa? Apa NU itu bukanpengaco? NU itu pengaco terhadap orang-orang yang tidak setuju NU, terhadapgerakan-gerakan yang lain dari pada NU. NU pasti menjadi pengaco, menjadirivalnya. Kata sampean, PKI itu harus dihantam. Saya hantam malah nyeneni saya. Itu gimana?.

“Ya sampean kesusu-susu.

“Kesusu-susu gimana? Kesempatan itu tidak bolehdilewatkan. Mumpung kesempatan.

“Ya, tapi ini akibatnya ada panggilan ini dariBung Karno soal sampean ini. Untung diserahkan ke PB, kalo tidak sampean bisadihukum.

“Biar pak, saya ridlo ikhlas dihukum, robbisijny ahabbu ilayya mimma yad’unani ilaih. Itu saya. Wailla tasrif ‘annykaidahunn, seperti dikatakan Yusuf dari pada terpengaruh sama setanperempuan. Saya rela dihukum dari pada terpengaruh oleh orang PKI.

“Bisa saja saudara ini .

“Artinya saya terus. Berapa hari di sini pak?Diapakan saya ini? Kalo ndak, saya pulang”.

Ya sudahlah, saudara pulang. Disangoni 25 ribu, Haji Ahmad bilang, “pakuang 25 ribu itu kalo saya minta sama anggota NU perorang 1 rupiah saja,barangkali jutaan rupiah pak. Kok ini 25 ribu, padahal saya ke sini ini hutang,mau saya kembalikan bagaimana?. Haji Ahmad menyatakan ke Pak Dahlan,hingga dikasih 250 ribu, “ha...ha...ha... alhamdulillah, saya mampirke Surabaya untuk beli kain untuk istri saya. Karena itu juga hubungan sayadengan pak Dahlan baik. Lalu ada bentukan DPRD Gotong Royong Daerah Sementara[19],saya terpilih menjadi ketuanya dan nongkrong menjadi orang besar saya. KetuaDPRD itu kan orang besar, mendapat mobil jelek saya tolak. Ndak mau, mobilnyaharus cocok. Bagus. Kasih nomor mobil, saya tolak. Saya mau nomor 9. Jadi P 9,terang mobil saya. Fanatik saya sama NU. Walaupun sekarang ini saya sama NUtidak begitu seneng. Sekarang lo ya, karena kebijakannya yang saya kurangcocok. Lalu ada pemilu 71 saya diangkat menjadi anggota DPR pusat, 6 tahun sayadi sana, sehingga cukupan lah pensiunan saya. Jadi saya ini akibat NU, akibatperjuangan dihidupi sampai sekarang. Saya tidak punya apa-apa kok selainpensiun. Tetapi pensiun saya itu diberi oleh Tuhan cukup, lawong 3 jutalebih tiap bulan.

Demonstrasi berhenti dan gagal.Tetapi Haji Ahmad mengaku ada jarak waktu perjanjiannya antara Haji Ahmad danPak Dahlan. Suharso Hanafi, SH dilantik dan menjabat sebagai Bupati sampaiakhirnya peristiwa politik 1965 terjadi di Jakarta. Suasana politik diBanyuwangi bergolak kembali. Agitrasi-provokasi, mobilisasi, berujung padapertempuran sipil dan pengganyangan massa yang cepat[20].Berkaitan posisi bupati mucul kembali demo besar-besaran, hingga bupati SuharsoHanafi “diamankan”, dibawa ke kantor polisi dan dari kantor polisi olehanggota-anggota Kodim dibawa ke Malang, lalu dieksekusi. Selama vacumm pimpinanpemerintahan daerah, sementara dipimpin oleh Badan Pelaksana Harian (BPH) dariNU, sampai di saat Haji Ahmad menjadi ketua DPRD, dengan alasan karena tempatBanyuwangi itu terirorialnya cukup membutuhkan tentara yang paham strategis,maka diusulkan supaya Joko Supa’at Slamet, Dandim 825, diangkat menjadi bupatidan disetujui.[21]

Sebagaimana diketahui, setelahperistiwa politik 1965 ABRI merupakan salah satu golongan penting yangmenentukan. Sehingga karena itu pula pengangkatan Joko Supa’at Slamet sebagaibupati menjadi urusan yang mudah, apalagi dikabarkan bahwa Korem Malang[22] dan “pusat” mendukung.

Haji Ahmad sebagai ketua DPRD danJoko Supa’at Slamet sebagai bupati berhubungan baik, hingga karena kasus tanahbekas pemerintahan Jepang di tahun-tahun menjelang tahun 1970an, keduanyaberseteru. Sebagai wakil rakyat, DPRD berinisiatif untuk membentuk satu badanyang namanya tim checking laporan rakyat, untuk menyelidiki keadaanBanyuwangi. Beberapa laporan masuk, yang perlu dichecking oleh DPRD ituternyata merupakan kesalahan bupati. Dulu tanah-tanah yang bekas pemerintahanJepang diserahkan kepada rakyat dan digarap oleh rakyat dan sudah tinggi,kelapanya sudah berbuah, tahu-tahu oleh bupati dicabut kembali dengan alasanini tanah Jepang. Ini bukan milik rakyat. Prakteknya setelah itu tanahdibagi-bagi ke kalangan para pejabat. Sekian hektar untuk pak Joko, sekian pakSlamet, dan sekian pak Supa’at. Padahal namanya itu Joko Supa’at Slamet.Semuanya diketahui. Bukan hanya itu, tanah-tanah juga diberikan ke seluruhkawedanan, termasuk camat-camat.

DPRD mempermasalahkan tindakanbupati dengan berpegang dengan satu SKB antara menteri pertanian dan menteriagraria yang salah satu keputusannya adalah bahwa tanah-tanah yang sudahdiberikan oleh pemerintan pendudukan Jepang kepada rakyat menjadi haknyarakyat. Rakyat bungah. Mereka datang ke rumah Haji Ahmad dan berterimakasih dengan membawa kacang, pepaya, kelapa dan seterusnya. Tetapi Joko Supa’atSlamet dendam hingga tahun 1976-an mempermasalahkan kembali dan dengan dibantuKopkamtib di era Soedomo dapat memenjarakan Haji Ahmad di saat masih di DPR.Sampai akhir hanyatnya Haji Ahmad menjadi politisi PPP.

Kisah Kiai Pegawai yang Aktifis[23]

Sampai kini (2005), Kiai Mansur[24] adalah orang penting di NU Boyolali. Pada saat 1965 terjadi Kiai berumur 32tahun, pegawai Kota Boyolali dan menjadi pengurus LP. Ma’arif Boyolali. Sempatmenjadi anggota DPRD, tetapi di saat NU bergabung di dalam PPP, Kiai memilihmengundurkan diri, dan kembali menjadi pegawai dan aktif di LP. Ma’arif.Pendidikan Kiai hanya di pesantren, dari Lasem dan di pesantren ayahnyasendiri.

Pada saat itu, Kiai mengaku tidaktahu pasti apa yang terjadi. Hanya terdengar kabar dari radio bahwa di Jakartaada pemberontakan. Di Boyolali saat itu, hanya Bapak Dimyati, ketua PNU saatitu, yang memiliki Radio. Istri Kiai kerabat Bapak Dimyati, teman YasirHadibroto, Dandim Boyolali yang menembak Aidit, Ketua CC PKI. Seringkali,malam-malam Kiai meninggalkan rumah hanya karena ingin mendengarkan radio dirumah Dimyati.

Di Boyolali waktu itu PKI kuat.Bupati Suali dari PKI. Ketika Katamso di Yogyakarta dibunuh, Suali mengajakDimyati dan Mulyono, ketua PNI untuk berta’ziyah. Tetapi mereka menolak.Penjelasan Kiai, sebab kemungkinan dengan alasan berta’ziah Dimyati dan Mulyonoakan dibunuh. Ketua DPRD Boyolali juga mengadakan wayangan di rumahnya. Dimyatidan Mulyono diundang untuk jagongan wayangan. Tetapi tetap tidak datang.Padahal rumah mereka berhadap-hadapan, selatan masjid dan utara masjid. Paginyaada berita bahwa untuk empat orang, termasuk Dimyati dan Mulyono, sudahdisiapkan lubang di belakang rumah. Rencananya, malam berbarengan menontonwayang akan diracun dan dimasukkan ke lubang. Kiai menekankan bahwa memanggencar kabar bahwa orang-orang penting yang anti PKI akan dibunuh.

Pada malam wayangan itu, RPKAD jugasudah datang dan ndongkrok’i wayangan. RPKAD juga melatih pemuda dariBanser NU, Kokam Muhammadiyah dan Marhaen PNI. Suasana Boyolali semakin gentingsetelah peristiwa puluhan Ansor terbunuh di Kemusu, satu daerah “basis merah”.Bahkan karena peristiwa itu, banyak orang-orang NU mengungsi ke rumah Dimyati.Para pemuda yang dilatih pun ngetutke RPKAD untuk pembersihan PKI.Bupati Suali melarikan diri. Ketua DPRD juga lari, kabarnya ke Kemusu. “…mentalSuali memang hebat, tabah, komentar Kiai. Sewaktu tertangkap dan diarakkeliling kota, tangannya dibondo, tetapi masih gagah dan melambaikantangan.

Pertempuran antar orang kampung jugaterjadi. Bahkan lebih kejam, menggunakan senjata panah. Banser dan Kokam diberisenjata, dipimpin oleh ketua Ansor saat itu. Pernah satu malam kelompok dariPKI akan masuk kota melalui jalan selatan rumah sakit umum. Kebetulan ada anakAnsor yang senjatanya tidak berbunyi dan digedhokke ke tanah...dor...berbunyi...eeh…kelompokPKI itu lari. Padahal tidak sengaja dan tidak tahu. PKInya tidak jadi masukkota.

Tetapi sikap ketua Ansor saat itusangat baik. “Pokoknya kalau tidak dibunuh jangan membunuh, begituprinsipnya. Setelah banyak orang ditangkap, Kiai juga sempat dijadikan anggotatim litsus. Semua golongan diminta. Dari Muhammadiyah, Masyumi, PNI, IPKI dandari PNU, diminta wakilnya untuk menentukan siapa-siapa yang akan dieksekusi.Tetapi Kiai mengaku tidak mau dan tidak mampu untuk menunjuk siapa haruseksekusi. Kata Kiai, “takut kalau-kalau salah”. Kiai ragu-ragu. PKImemang PKI. Kiai tahu itu. Tetapi apa sudah semestinya dibunuh?

Berat sekali keputusan seseorangharus dibunuh. Sebab tanggungjawabnya sampai dunia-akhirat. Kiai tidak berani,dan hanya mampu mengikuti tiga kali pertemuan. Tetapi, selain Kiai ada jugaorang-orang NU yang betul-betul berani membunuh, bahkan menyembelih denganpedang. Mereka yakin bahwa PKI melawan agama. Terutama mereka yang masih kuat ingatannyaatas kejadian Madiun 1948.[25]

Setelah tim diberi daftar daritentara, memang dimusyawarahkan dengan partai-partai selain PKI. Rapatinformal, “ono daftar wong, trus ki piye ki, pati ra?. Tetapi Kiaimengaku bahwa situasinya saat itu tiada lain kecuali PKI salah. Pokoknya PKIsalah. “Pokoke niku, kata Kiai. Beda dengan sekarang. Orang sudah dapatberpikir jernih, apakah PKI benar salah? Apakah PKI akan menguasai pemerintahanseperti di Madiun dulu? Apa PKI diprofokasi?

Setelah bupati Suali hilang, kepemimpinandiganti oleh Dandim. Sedang Dandimnya sendiri diganti orang baru, sampai pemilu1971. Pada tahun menjelang pemilu 1971, ada pertemuan NU Jawa Tengah diSemarang. Kiai datang dengan ketua Ansor. Waktu itu sudah diprediksikan bahwapemilu 1971 nanti akan ada pemaksaan dari penguasa. Ini dengan melihat keadaansaat itu bahwa tentara berkuasa. Dan biasanya orang itu kalau sudah berkuasaitu tidak mau diturunkan. Dan ternyata benar. NU digebuki. Apalagi eks PKI,korban G30S.

Berkaitan agenda rekonsiliasi, Kiaimenyatakan sekarang sudah saatnya. Yang berdosa kemarin ya sudah.Sekarang ya sekarang tidak terus sekalian anak-anak dikait-kaitkan. “Aku kiyo wis tuo, duso iki. Na koyo NU yo ora iso opo-opo. Nyatane anake ora isokerjo...”, demikian kata Kiai. TAP MPRS pun perlu dicabut. Menurut Kiai,ajaran-ajaran komunis itu juga ada perlunya dipelajari. Sebab Islam juga adasinggungannya di bidang masalah sosialnya. Cuma hal pemaksaan itu yang mungkinperlu dikaji ulang.

Kisah Kiai Sufi[26]

Gus Muda dari eks Karesidenan KeduJawa Tengah bercerita tentang ayahnya, Kiai Kamil[27],dan keluarganya. Meski Gus Muda lahir setelah tahun 1965 dan tidak “menangitragedy 1965-66, tetapi peristiwa politik dan tragedy kemanusiaan 1965 tidaklahasing dan dekat dengan diri dan keluarganya. Gus Muda berkisah, “Waktu itu,ayah saya, kiai pesantren di desa. Ketika peristiwa 1965-66 terjadi, kiaimenyelamatkan beberapa orang yang dikejar-kejar akan dibunuh karena dituduh PKIdan menyembunyikan mereka di dalam pesantren ayah saya. Mereka selamat, meskipesantren ayah waktu itu menjadi gunjingan banyak orang bahwa pesantren ayahadalah pesantrennya orang PKI!”.

Menurut Gus Muda, Kiai melakukan itukarena dua prinsip yang dipeganginya. Pertama Kiai sangat takut fitnah diantara manusia dan akan menghancurkan misi Islam agar menjadi rahmatan lilalamin. Kedua Kiai haqqul yaqin menyadari bahwa kekerasan tidak akanmenyelesaikan masalah, tetapi justru akan melanggengkan dan membesarkanmasalah. “Karena kedua prinsip itu, ayah saya menyelamatkan mereka. Sampaisekarang keluarga mereka masih bersaudara dengan keluarga kami khususnya dankeluarga besar pesantren pada umumnya. Ibu saya mengajari saya memanggil merekadengan pak dhe dan bu dhe.

Kisah eksekutor [28]

Sebut saja namanya Rauf. PendidikanRauf sampai SR. Rauf mantan anggota Sipur tahun 1957, dan ikut menumpas DI/TIIKartosuwiryo. Pada saat peristiwa 1965 terjadi, Rauf baru masuk Islam, pindahdari Jakarta ke Jepara sampai akhirnya menjadi anggota Banser/Ansor.

Rauf mengaku bahwa kejadian diJakarta telah menciptakan ketegangan yang hebat di Jepara. RPKAD show force terjun payung di Kudus. Dan ketika konvoi RPKAD lewat, dengan niat berhati-hatiagar tidak dicurigai, Rauf mengacungkan kepalan tangan dan berseru, “HidupRPKAD! Hidup RPKAD!”. Konvoi berhenti dan Rauf diajak naik truk menujumarkas. Itulah awal hidup baru bagi Rauf yang kemudian harus menjadi pasukaninti; menjadi eksekutor bagi mereka yang dituduh sebagai orang PKI.

Di tengah tugasnya sebagai pasukaninti, berkali-kali Rauf terpaksa harus membunuh orang yang salah tangkap. Rauftidak tahan dan pernah meminta pertimbangan para kiai untuk mengundurkan diridari keanggotaan sebagai pasukan inti. Namun karena pertimbangan nasib hidupRauf sendiri yang terancam jika mengundurkan diri dan juga karena nasihat daribeberapa kiai, akhirnya Rauf tetap melanjutkan tugasnya sebagai eksekutor.

Rauf senang akhirnya dapat bertemudengan anak-anak muda NU Jepara yang mau mendengarkan kisah hidupnya, bahkanmengajaknya dapat bertemu dengan banyak korban 1965 di Jepara. Mulanya Raufmengaku bingung ketika anak-anak muda NU menawarkan Rauf untuk dapat bertemudengan kalangan korban. Tetapi kepasrahan dan ikhlas atas “kebodohan” dirinyasendiri, akhirnya Rauf berangkat mengikuti pertemuan dengan kalangan korbanyang difasilitasi kiai muda di pesantrennya di Jepara. Bahkan juga ikutpertemuan regional antara mereka para korban tragedi 1965 dengan kalangan NU seJawa Tengah di Semarang tahun 2003.

Jumat, 01 Januari 2010

MANAGEMENT AND HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT

Managers perform various functions, but one of the most important and least understood aspects of their job is proper utilization of people. Research reveals that worker performance is closely related to motivation; thus keeping employees motivated is an essential component of good management. In a business context, motivation refers to the stimul that directs the behaviour of workers toward the company goals. In order to motivate workers to achieve company goals, managers must be aware of their needs.

Many managers believe workers will be motivated tlo achieve organizational goals by satisfying their fundamental needs for material survival. These needs include a good salary, safe working conditions, and job security. While absence of these factors results in poor morale and dissatisfaction, studies have shown that their presence results only in maintenance of exiting attitudes and job security do not provide the primary motivation for many workers in highly industrialized societies, especially at the proppesional or technical levels.

Increased motivation is more likely to occur when work meets the needs of individuals for learning, self-realzation, and personal growth. By responding to personal needs –the desire for responsibility, recognition, growth, promotion, and more interesting work –managers have altered conditions in the workplace and, consequently, many employees are motivated to perform more effectively.

In an attempt to appeal to both the fundamental and personal needs of workers, innovative management approaches, such as job enrichment and job enlargement, have been adopted in many organizations. Job enrichment gives, workers more authority in making decisions related to planning and doing their work. A wolker might assume responsibility for scheduling work flow, checiking quality of work producerd, or making sure deadlines are met. Job enlargement increases the number of tasks workers perform by allowing them to rotate positions or by giving them responsibility for doing several jobs. Rather than assembling just one component of an automobile, factory workers might be grouped together and given responsibility for assembling the entire fuel system.

By improving the quality of work life through satifaction of fundamental and personal employee needs, managers attempt to direct the behaviour of workers toward the company goals.

WHY FINANCE ?

One of the primary considerations when going into business is money. Without sufficient funds a company cannot begin operations. The money needed to start and continue operating a buseness is known as capital. A new business needs capital not only for ongoing expenses but also for purchasing necessary assets. These assets-inventories, equipment, buildings, and property-representan investment of capital in the new business.

How this new company obtains and uses money will, in large measure, determine its success. The process of managing this acquired capital is known as financial management. In general, finance is securing and utilizing capital to start up, operate, and expand a company.

To start up or begin business, a company needs funds to purchase essential assets, support research and development, and buy materials for production. Capital is also needed for salaries, credit extension to consumers, advertising, insurance, and many other day-to-day operations. In addition, financing is essential for growth and expansion of a company. Because of competition in the market, capital needs to be invested in developing new product lines and production techniques and in acquiring assets for future expansion.

In financing business operations and expansion, a business uses both shortterm and long-term capital. A company, much like an individual, utilizies shortterm capital to pay for items that last a relatively short period of time. An individual uses credit cards or charge accounts for items such as clothing or food, while a company seeks short-term financing for salaries and office expenses. On the other hand, an individual uses long-term capital such as a bank loan to pay for a home or car-goods that will last a long time. Similarly, a company seeks long-term financing to pay for new assets that are expected to last many years.

When a company obtains capital from external sources, the financing can be either on a short-term or a long-term arrangement. Generally, short-term financing must be repaid in less than one year, while long-term financing can be repaid over a longer period of time.

Finance involves the securing of funds for all phases of business operations. In obtaining and using this capital, the decisions made by managers affect the overall finance success of a company.

ACQUISTION OF CAPITAL

A corporation needs capital in order to start up, operate, and expand its business. The process of acquiring this capital is known as financing. A corporation uses two basic types of financing and debt dinancing. Equity financing refers to funds that are invested by owners of the corporation. Debt financing, on the hand, refers to funds that are borrowed ffrom sources outside the corporation.

Equity financing (obtaining owner funds) can be exemplified by the sale of corporate stock. In this types of transaction, the corporation sells units of ownership known as shares of stack. Each share entitles the purchaser to a certain amount of ownership. For example, if someone buys 100 shares of stock from ford Motor Company, that person has purchased 100 shares worth of For’ds recources, materials, plants, production, and profits. The person who purchases shares of stock is known as a stockholder or shareholder.

All corporations, regardless of their size, receive their starting capital from issuing and selling shares of stock. The initial sales involve some risk on the part of the buyers because the corporation has no record of performance. If the corporation is successful, the stockholder may profit thorough increased valuation of the shares of stock, as well as by receiving dividens. Dividens are propotional amounts of profit ussualy paid quarterly to stockholders. However, if the corporation is not successful. The stockholder may take a severe loss on the initial stock investment.

Often equity financing does not provide the corporation with enough capital and it must turn to debt financing, or borrowing funds. One example of debt financing is the sale corporation bonds. In this type of agreement, the corporation borrows money from an investor in return for a bond. The bond has a maturity date, a deadline when the corporation must repay all of the money it has borrowed. The corporation must also make periodic interest payments to the bondholder during the time the money is borrowed. If these obligations are not met, the corporation can be forced to sell its assets in order to make payments to the bondholders.

All business need financial support. Equity financing (as in the sale of stock) and debt financing (as in the sale of bonds) provide important means by which a corporation may obtain its capital.


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by ArchitecturesDesign.Com Beautiful Architecture Homes